Kamis, 18 Juli 2013

#DuetPuisi @acturindra dan @mustikaaprilia

Reruntuk Rindu
– @acturindra


Kularung malam yang menggenang di matamu,
menakhlikkan sejuta pias di wajah bulan yang mati cahaya.
Oh Puan, rindu yang kerap kita kultuskan di tubir beranda telah seruncing seligi.
Dan pada jenak-jenak jarum jam yang tak berani bersuara lantang,
pada lirih sepi yang bersembunyi dalam bait-bait luka,
pada rangkaian takdir yang terluah dari bibir Tuhan
ada jeda perbincangan beku tentang reruntuk rindu.
Kita, telah menjadi sepasang pertapa buta dalam keheningan masing-masing.
Lalu keheningan-keheningan itu menjelma jadi lingga-lingga, terpancang di dada, sebagai isyarat purba yang ‘kan dibaca semesta.
Reruntuk rindu, kini tinggal debu-debu di pias wajah bulan mati cahaya.



Ber-#DuetPuisi dengan @mustikaaprilia



– @mustikaaprilia

Kuntum senyum layu
Di sini rindu siap dipanen, sepanjang musim
Di pematang-pematang harap
Halimun datang, kabut mencuri dariku
Bayanganmu yang kugenggam
Hanya menjadi pisau yang mengiris tajam
Waktu semakin dihabisi waktu
Entah apa yang tertinggal
pada Bulan condong
Sedepa lagi, maka tak hanya jantungku yang mati
Menggigit luka, meredakan gigil tubuh kehilangan
Kelelahan tahun-tahun dipinang sepi
Ngegat berpesta di kantong mantel tua
Aku bersahaja, menunggumu dalam denting hujan
Di jemari terkulai remah takdir
Patahan-patahan mimpi, gagal kita gantungkan pada tangan Tuhan
Gazal cinta memudar, di tiap hembus angin kepergian
Rengkuh aku, Tuan, sesakral doa
Walau saat mataku terbuka kau tak ada, tak ada

#DuetPuisi dengan @acturindra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar