– @angghieandria
Aku berdiri di atas kota yang sedang meranggaskan
daun-daun
Di atas teriakan-teriakan kendaraan berbesi tua
Di antara hilir mudik kepul asap di sekujur tubuhnya
Di atas teriakan-teriakan kendaraan berbesi tua
Di antara hilir mudik kepul asap di sekujur tubuhnya
Langit
merengut menyaksikan kakinya dikoyak
Dikuliti
Disayat-sayat pelan kebebasan bermainnya
Hingga segala pucuk hujan kehilangan jalan pulang setelah dijatuhkan
Dikuliti
Disayat-sayat pelan kebebasan bermainnya
Hingga segala pucuk hujan kehilangan jalan pulang setelah dijatuhkan
Di
tengah dadanya kusaksikan sekawanan ibu dan balita berjelaga
Berlarian
Bernyanyi di atas sepasang kaki telanjang
Menenun helai doa-doa
Meraba liuk-liuk pertanyaan tentang apa arti merdeka
Berlarian
Bernyanyi di atas sepasang kaki telanjang
Menenun helai doa-doa
Meraba liuk-liuk pertanyaan tentang apa arti merdeka
Lampu
api menari di antara matahari
Di antara lagu-lagu nafas yang nyaris mati
Memutar elegi
Mengerih
Merintih
Di antara lagu-lagu nafas yang nyaris mati
Memutar elegi
Mengerih
Merintih
Ratusan
sumpah serapah mengalir
Membaur dalam liur dan darah
Bersarang dalam tubuh penuh peluru dan jejak tikam membiru
Membaur dalam liur dan darah
Bersarang dalam tubuh penuh peluru dan jejak tikam membiru
Dan
elegi terputar lagi
Lagi
Lagi
Lagi
Lagi
Di sebuah kota, 17 Juli 2013
– @PerempuanButa
1/
Menggelepar
tubuh-tubuh telanjang,
Berkilau-kilau layak permata
Pemangsa, pemangsa!
Wangi daging teringgal di udara,
tangan-tangan keji memasangnya di seluruh kota.
Jerat yang berbuah jerit,
Pekak memalu gendang telinga, memaku nadi-nadi,
yang tertinggal hanya sunyi,
hanya sunyi
Berkilau-kilau layak permata
Pemangsa, pemangsa!
Wangi daging teringgal di udara,
tangan-tangan keji memasangnya di seluruh kota.
Jerat yang berbuah jerit,
Pekak memalu gendang telinga, memaku nadi-nadi,
yang tertinggal hanya sunyi,
hanya sunyi
2/
Sungai
kini memerah, tempias pelangi menyeringai keji,
berkilau taring-taring bertubuh bengis,
mengoyak isi bumi,
muncrat serpih-serpih hitam,
melintang-lintang.
Kuda-kuda dilecut,
Keringat buruh, o, keringat buruh!
Diperas, diperas hingga menyisa rangka berbalut kulit!
berkilau taring-taring bertubuh bengis,
mengoyak isi bumi,
muncrat serpih-serpih hitam,
melintang-lintang.
Kuda-kuda dilecut,
Keringat buruh, o, keringat buruh!
Diperas, diperas hingga menyisa rangka berbalut kulit!
Dan
peluru terus mendesing di atas kepala kami.
3/
Lapar!
Lapar!
Ada yang menggeseki perut kami, meminta sedekah,
Menangisi darah,
Bertumpuk-tumpuk tubuh tanpa nyawa,
Entah dosa entah kuasa,
tertawa dari dalam rimba.
Lapar!
Ada yang menggeseki perut kami, meminta sedekah,
Menangisi darah,
Bertumpuk-tumpuk tubuh tanpa nyawa,
Entah dosa entah kuasa,
tertawa dari dalam rimba.
Tertawa,
tertawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar