– @ixalrizqi
Di sudut peron itu
Cinta telah memulai dengan sederhana
Disinilah aku;
Memandangmu dari jauh
Kemudian bunga-bunga di dada bermekaran
Cinta telah memulai dengan sederhana
Disinilah aku;
Memandangmu dari jauh
Kemudian bunga-bunga di dada bermekaran
Biar saja mereka sebut aku pengecut
Aku terlalu takut membuat wajahmu kecut
Aku terlalu takut membuat wajahmu kecut
Amalia, jika aku cukup bernyali
aku ingin mengatakan:
“Kamu satu-satunya pelangi yang dapat kulihat tanpa harus
menunggu deras hujan."
aku ingin mengatakan:
“Kamu satu-satunya pelangi yang dapat kulihat tanpa harus
menunggu deras hujan."
Di sudut peron itu
Cinta telah memulai dengan
sederhana
Saat lambaian terakhir matahari
Aku berharap melihatmu di situ, seperti biasa.
Cinta telah memulai dengan
sederhana
Saat lambaian terakhir matahari
Aku berharap melihatmu di situ, seperti biasa.
Biar saja mereka sebut aku pengecut
Aku yang pandir ini disampingmu? rasanya tak patut
Aku yang pandir ini disampingmu? rasanya tak patut
Amalia, jika aku cukup bernyali
aku ingin mengatakan:
“Letakkan tanganmu di dadaku, agar kau paham debar tiap kali melihatmu."
aku ingin mengatakan:
“Letakkan tanganmu di dadaku, agar kau paham debar tiap kali melihatmu."
– @mutiaamalia
Di bangku kayu itu, aku duduk termangu
Menengok
sesekali ke arahmu yang tiba-tiba saja memenuhi imajinasiku
Di sinilah
aku;
Yang hanya
mampu berharap dan menunggu agar sosokmu menghampiriku
Kemudian
Tuhan mendengar semua permintaanku..
Siapa yang
peduli jika orang lain memanggilku si pemimpi?
Jika aku
terus berimaji ketika suatu saat nanti akan ada kamu yang terus mengisi
hari-hari
Jika
aku adalah satu-satunya pelangi untukmu
Akankah
aku hilang ketika nanti ada sosok yang berseri seperti matahari?
Akankah
aku tenggelam ketika nanti datangnya malam?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar