– @rizkyanaindah
Teruntuk @hazelsuxx
Hai, Kamu.
Ini puisi pertamaku untukmu
Sebagai pelepas rindu
Yang sesekali menggelayut syahdu
Perlahan datang mengetuk kalbu
Hai, kamu, Peracik Rindu
Apa kabar dirimu yang tak kunjung memberi kabar
Meski lelah tetap kunanti dengan sabar
Mengupayakan agar tetap tegar
Di sepertiga malam ini kembali kualunkan sendu
mengatasnamakan dirimu.
Ya, kamu yang berhasil membuatku rindu.
Rindu yang sesekali hadir saat bentangan jarak
tercipta
Membuncah dalam raga
Kulantunkan do’a dan selalu kuselipkan namamu di
antaranya
Sengaja, agar kau baik-baik saja
Kini ku hanya bisa menunggu sembari bertopang dagu
Berharap potongan-potongan kisah yang dulu pernah
kita cipta
Terangkai kembali menjadi cerita
Beratasnamakan “Kita"
– @hazelsuxx
Teruntuk
@rizkyanaindah
Bukankah kau
pernah bilang bahwa rindumu masih miliku?
Begitupun
denganku, masih diujung jalan yang sama
Dibalik tembok
pembatas yang tercipta karena menahan rasa
Kepada angin
aku bertanya
Haruskah ada
batas?
Yang
menghalangi kita? membuat kita berhenti?
Atau berputar
kembali, menelusuri apa yang salah dengan ini
Kenapa tak ada
lingkaran sempurna?
Agar kita bisa
kembali
Wahai pemeluk
rindu
Telah kuseduh
puisimu dalam secangkir kopi
Ku rasakan
cinta dalam setiap sesapnya
Maafkan aku
telah membawa pergi cahayamu
Dalam gelap kau
mencari
Terpaksa
memahami semua yang tak pasti
Kepadamu Hawa
surgaku
Tak pernah
rampung ku gambarkan keindahanmu
Tak ada benteng
yang memagari kehadiranmu
Kau lebur rindu
menjadi aksara
Kau pahat rasa
menjadi untaian doa
Perlukah alasan
untuk membuat sesuatu menjadi tanya?
Tengah malam
aku terjaga
Mendengar
kidung utara membisikan sebuah nama
Kubungkam nada
menjadi syair
Ku kirimkan
bersma jutaan sinar bintang kepadamu
Syair nurani
bernama, Kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar