Jumat, 19 Juli 2013

#DuetPuisi @madeehana dan @aa_muizz

– @madeehana

Hai pecinta fiksi dan puisi,
salam kenal dari putri kerajaan pasir.

Aku tak terlalu pandai merajut kata
Hanya suka
Jarum dan benang pun kadang nakal, tak berhasil aku sulap jadi puisi hangat
Kalimat-kalimat puitis terkadang keluar begitu saja tanpa ampun
Aku hanya menemani mereka, menemukan rumah dan tuannya.

Mau ceritakan padaku bagaimana kisahmu mencintai fiksi dan puisi?

Bagiku,
Mereka adalah Ayah; mendewasakanku dalam gigil, menguatkanku saat tangis
Mereka adalah Ibu; mengajariku cara memusnahkan amarah yang berselimut dendam
Mereka adalah saudara; memberi gelak tawa, tak kenal cuaca
Mereka adalah sahabat; tak membiarkanku sendiri, sesunyi apapun bunyi
Mereka adalah kekasih; mencintai tanpa menuntut, memberi kesempatan puisiku hidup
Ah, benar kan, aku tak pandai berima.

Sekian dulu ucapan salamku, semoga berkenan di hatimu.

*untuk #duetpuisi bersama @aa_muizz




– @aa_muizz

—————– Hai Puteri Pasir

Kamu tak pandai berima? Ah, tapi apa yang kau katakan selalu penuh makna. Sepertinya otak dan hatimu berjalan linier. Tak pernah ada perlambatan walau semili. Kau menguasai keduanya seperti gravitasi mengakar bumi.

Terkadang, realita menyisakan banyak tanya. Walau Tuhan telah mengutus alam mengisyaratkan jawab untuk kita, kadang kita malas berpikir karena tanda tanya telah menusuk kepala kita. Mengakar. Menjerat. Hingga kita lupa bahwa kita ada.

Suatu hari, aku tersesat dalam rimba aksara. Di tengah belukar, kudapati seorang puteri terbelenggu sepi. Tatapan matanya hanya menyiratkan nyeri pada tempat tersepi dalam hati. Saat itu, aku berpikir keras. Hingga jerat tanda tanya di kepalaku lepas. Menerbangkan ide-ide yang hampir membusuk pada tetes-tetes tinta yang mengaliri labirin hati.

Sejak saat itu, tatapan sang puteri mulai bersinar menerangi jagad di dalam kepalaku. Rimba aksara penuh belukar itu menghilang, memetakan taman bunga dengan lukisan hujan. Kau tahu? Aku selalu berharap, Tuhan mau meneteskan setetes tintanya saja sebagai sibgah di hati kami. Agar fiksi dan puisi hidup dalam nyata dan abadi.

Maukah kamu bertualang bersama kami?

(Puisi ini ditulis untuk mengikuti lomba #DuetPuisi bersama @madeehana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar