– @_wedh_
Dulu perasaan kita begitu menggebu, karena api cemburu semua
berubah jadi abu.
Lalu terbang menghilang di kecup udara. Seiring itu pula,
perlahan rasa yang kita punya hilang tertelan ego.
Bukan, kita bukannya bodoh. Kita hanya lengah, lemah
dalam hal mempertahankan.
Mungkin tangan-tangan kita kurang kuat menggenggam satu sama
lain.
Mungkin jiwa kita kurang terikat dengan simpul kasih dan
sayang.
Karena kata orang perasaan memang seperti pasir, semakin
erat kita menggenggam, semakin banyak yang hilang.
Hilang secara perlahan namun pasti.
Tapi sebenarnya hanya kita yang tahu apakah perasaan
itu patut di pertahankan dan diperjuangkan.
Apakah rasa itu patut di buang atau dihilangkan.
Entahlah, terkadang rasa memang kurang ajar.
Aku mencintaimu tapi kamu mencintai yang lain.
Aku yang merindukanmu tapi kamu merindukan yang lain.
Tapi sampai kapan pun, sebuah rasa tak pernah salah, hanya
kita yang perlu mengalah.
Untuk sebuah rasa, bisakah engkau memberikan aku dan dia
satu kesempatan lagi?
– @rezaariesta
perihal
rasa yang menggelitik rindu tanpa sentuhan.
perihal rasa yang menyapa rindu tanpa sepatah kata.
perihal rasa yang memanggil rindu tanpa suara.
perihal rasa yang begitu banyak dan selalu terhempas angin yang datang diam lalu perlahan berhembus.
perihal rasa yang begitu pekat, namun hanya sesaat.
perihal rasa yang menyapa rindu tanpa sepatah kata.
perihal rasa yang memanggil rindu tanpa suara.
perihal rasa yang begitu banyak dan selalu terhempas angin yang datang diam lalu perlahan berhembus.
perihal rasa yang begitu pekat, namun hanya sesaat.
entah
apapun itu..
pada akhirnya, aku hanya ingin menjadi alasanmu tersenyum bahagia.
pada akhirnya, aku hanya ingin menjadi alasanmu merubah diri agar tampil lebih baik.
pada akhirnya, aku hanya ingin kita saling menyelipkan nama dalam tiap lantunan doa.
pada akhirnya, kamulah akhir tempatku melabuhkan hati.
ada
rindu tertanam dalam hati,
rindu tanpa tepi, tanpa peraduan dan sepi.
rindu tanpa tepi, tanpa peraduan dan sepi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar