– @WangiMS
Aku duduk termangu di ruang tunggu,
Dengan segala pikiran menujumu
Dengan segala pikiran menujumu
Lalu,
aku berhitung, dan berhenti di angka tujuh
Kamu masih saja berlalu lalang di kepalaku
Kamu masih saja berlalu lalang di kepalaku
Masa
laluku denganmu sudah kubuang ke tempat sampah di pojokan situ
Yang kuamati dari tempat dudukku di ruang tunggu
Yang kuamati dari tempat dudukku di ruang tunggu
Aku
memutuskan untuk berdiri, berlalu
Meninggalkan kamu, sekantung masa lalu, dan tempat sampah di ruang tunggu
Meninggalkan kamu, sekantung masa lalu, dan tempat sampah di ruang tunggu
– @momo_DM
Di ruang tunggu, kau kembali mengingatku, sebagai luka di
masa lalu, sebagai tangis pengisi lorong waktu.
Di ruang tunggu, kau mengais sisa kenangan lalu, memeluk asa
hendak berlalu, diam-diam merindukanku sebagai candu.
Di ruang tunggu, anak-anak kecil berlarian ke sana kemari.
Hei! Tunggu! Bukankah itu anak-anak rindu kita?
Tak kau lihatkah mereka berlarian hendak menemukan titik
temu?
Kasih…
Lihatlah! Bahkan setelah kaulempar aku tempat sampah, apakah aku langsung musnah?
Lihatlah! Bahkan setelah kaulempar aku tempat sampah, apakah aku langsung musnah?
Tidak!
Sebab sejatinya ingatan adalah tempat persembunyian kenangan paling aman, dan kenangan adalah penyimpan ingatan paling nyaman.
Sebab sejatinya ingatan adalah tempat persembunyian kenangan paling aman, dan kenangan adalah penyimpan ingatan paling nyaman.
Sementara anak-anak rindu terus berlarian di ruang tunggu,
di ingatanmu, tentangku akan terus beranak pinak di kedalaman kenanganmu.
Kemarilah sebentar saja! Akan kuberikan sepotong senja untuk
mengganjal ingatanmu yang hendak melupa. Atau kamu mau aku memberikanmu segelas
kopi untuk menidurkan ingatanmu tentangku? Rasanya tidak. Sebab apa pun
tentangku adalah apa yang kau ingat selalu.
Kini, ruang tunggu sudah terbuka. Kita pun memilih pintu
masuk pesawat yang berbeda. Kau ke kotamu, aku ke kotaku. Sementara ruang
tunggu tetaplah akan bisu. Serupa rindu yang masih diam-diam memintal harapan
dalam labirin ingatan.
Bagimu aku, bagiku kamu. Kita adalah sama. Sama-sama
berusaha melupakan sesuatu yang tetap diingat.
Mataram,
19 Juli 2013
~ mo ~
Ditulis dalam @DuetPuisi untuk @WangiMS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar