Jumat, 19 Juli 2013

#DuetPuisi @WangiMS dan @momo_DM

– @WangiMS

Aku duduk termangu di ruang tunggu,
Dengan segala pikiran menujumu
Lalu, aku berhitung, dan berhenti di angka tujuh
Kamu masih saja berlalu lalang di kepalaku
Masa laluku denganmu sudah kubuang ke tempat sampah di pojokan situ
Yang kuamati dari tempat dudukku di ruang tunggu
Aku memutuskan untuk berdiri, berlalu
Meninggalkan kamu, sekantung masa lalu, dan tempat sampah di ruang tunggu




– @momo_DM

Di ruang tunggu, kau kembali mengingatku, sebagai luka di masa lalu, sebagai tangis pengisi lorong waktu.
Di ruang tunggu, kau mengais sisa kenangan lalu, memeluk asa hendak berlalu, diam-diam merindukanku sebagai candu.
Di ruang tunggu, anak-anak kecil berlarian ke sana kemari.
Hei! Tunggu! Bukankah itu anak-anak rindu kita?
Tak kau lihatkah mereka berlarian hendak menemukan titik temu?
Kasih…
Lihatlah! Bahkan setelah kaulempar aku tempat sampah, apakah aku langsung musnah?
Tidak!
Sebab sejatinya ingatan adalah tempat persembunyian kenangan paling aman, dan kenangan adalah penyimpan ingatan paling nyaman.
Sementara anak-anak rindu terus berlarian di ruang tunggu, di ingatanmu, tentangku akan terus beranak pinak di kedalaman kenanganmu.
Kemarilah sebentar saja! Akan kuberikan sepotong senja untuk mengganjal ingatanmu yang hendak melupa. Atau kamu mau aku memberikanmu segelas kopi untuk menidurkan ingatanmu tentangku? Rasanya tidak. Sebab apa pun tentangku adalah apa yang kau ingat selalu.
Kini, ruang tunggu sudah terbuka. Kita pun memilih pintu masuk pesawat yang berbeda. Kau ke kotamu, aku ke kotaku. Sementara ruang tunggu tetaplah akan bisu. Serupa rindu yang masih diam-diam memintal harapan dalam labirin ingatan.
Bagimu aku, bagiku kamu. Kita adalah sama. Sama-sama berusaha melupakan sesuatu yang tetap diingat.
Mataram, 19 Juli 2013
~ mo ~
Ditulis dalam @DuetPuisi untuk @WangiMS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar