Jumat, 19 Juli 2013

#DuetPuisi @endanada dan @suparmaaan

– @endanada

Aku masih di sini. Di tempat terjauh dari hatimu. Tempat  menyimpan rindu – rindu yang tidak terungkapkan. Tempat menampung luka – luka yang berserakan. Tempat jatuhnya ribuan tetes air mata. Tempat yang bahkan engkau enggan untuk sekedar menoleh. Melihat semua penderitaan dan menyaksikan beribu kepiluan yang mendalam.

Aku masih di sini. Di tempat yang tak mungkin engkau temukan. Mengamati engkau dari kejauhan. Memperhatikan tanpa ada yang terlewatkan. Merekam semua yang kau katakan. Mencoba mengabadikan senyuman – senyuman. Mencoba menghapus peluh yang terkadang datang. Mencoba berharap agar kau sadar. Bahwa ada seorang yang selalu meninggikanmu dalam segala hal.

Aku masih di sini. Di tempat yang selalu kau abaikan. Di balik senyuman yang kutegar – tegarkan. Di balik air mata yang selalu kusembunyikan. Di pusat titik kejenuhan. Di ujung pangkal kekecewaan. Di antara puing – puing harapan. Semoga ini bukanlah batas akhir dari penantian. Karena layaknya sebuah penantian tidak akan pernah berakhir.

Aku masih di sini. Di tempat bermimpi yang tak berkesudahan. Mencoba berlari tapi tetap bertahan. Mencoba melupakan namun kutahu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ah, semoga ini hanyalah sebuah mimpi yang panjang. Kini biarkan aku terbangun dan jangan pernah paksa aku untuk sekedar menoleh tempat yang terasingkan.




– @suparmaaan

Skala rindu:
Ku ukur waktu dan mencari takaran rindu, namun semuanya  hadir sebagai skala.
Satu  berbanding tak terhingga –satu itu adalah kamu dan tak terhingga itu adalah jumlah rinduku.

Ku tulis namamu pada langit hitam dengan tinta putih
Agar kau tau jika ada penulis rindu yang bernama aku

Saat malam mengetuk kalbu mengajakku bertualang mencari pencipta cinta,
yang merancang  skala rindu dengan letak geografis buram,aku terdiam kusam ,hanya otakku yang bersenandung namamu mengalir menuju hati ,dan akhirnya  bahagiaku mati saat kenangan berada tepat dihati.

Jangan kau mengira diri ini berlari kabur dari rindu,
hanya masih bercermin masihkah kupantas menjemputmu ditempat terasingkan,agar terkesan tanpa paksaan.

Dalam sajak daun :
Kutafsirkan  rindu menjadi sajak daun-ketika daun terjun dari ranting untuk mencium bau bumi ,ternyata angin ikut campur dalam prosesnya.Aku marah sejadinya,angin telah menjadi orang ketiga yang menyakiti mereka,mengingatkan tentang aku,kamu,dan rindu menjadi orang ketiga yang menciptakan perih.

Semoga kau tau,bukan aku tak memperhatikanmu,namun aku hanya tidak tau cara meyodorkan rindu.

Melacur dengan resah:
Ku melacur dengan resah-meniduri setiap keresahaanku,lalu melucuti helai demi helai keraguan,dan ku nikmati setiap desahan mengatasnamakan cinta ,yang mencari waktu untuk diungkapkan berbarengan rindu.

Aku yang melacur resah di malam hari
Dengan suka mengunjungi secara sembunyi-sembunyi,lalu debar menarik nafas panjang sahut menyahut dengan pilu.

Melacur(MELAkukan CURhat) dengan resah tlah menjadi kebiasaanku.

Aku kelinci:
Andai aku kelinci,
Akan kudengarkan setiap keluhanmu dengan telingga yang luas ,hingga ku tau semua rahasia hatimu,meski dengan jarak yang jauh..

Andai aku kelinci,
Akan kulompatkan hatiku ke hatimu ,tanpa perlu menimbang jarak rindu..

Andai aku kelinci,
Akan kuselimuti khayalmu dengan bulu halus tebalku,lalu tak kau rasakan lagi mengigilnya kekecewaan dan akhirnya kau bisa merasakan kelembutanku.


Jangan tertawakan aku yang ingin menjadi kelinci,karena aku bukan jenaka yang layak ditertawakan dalam repih-repih kehidupan.sekarang aku tidak pernah lagi menerka-nerka tujuan rindu, karena rindu bertujuan untuk menaik derajatkan pertemuan.
Sepi kini tak lagi sendiri karena tlah ditemani rindu ,dan aku masih menunggu waktu yang berdiam tanpa langkah dalam serba-serbi kita.

Untukmu @endanada yang disana tempat terasingkan
#duetpuisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar