– @endanada
Aku masih di sini. Di tempat terjauh dari
hatimu. Tempat menyimpan rindu – rindu yang tidak terungkapkan. Tempat
menampung luka – luka yang berserakan. Tempat jatuhnya ribuan tetes air mata.
Tempat yang bahkan engkau enggan untuk sekedar menoleh. Melihat semua
penderitaan dan menyaksikan beribu kepiluan yang mendalam.
Aku masih di sini. Di tempat yang tak
mungkin engkau temukan. Mengamati engkau dari kejauhan. Memperhatikan tanpa ada
yang terlewatkan. Merekam semua yang kau katakan. Mencoba mengabadikan senyuman
– senyuman. Mencoba menghapus peluh yang terkadang datang. Mencoba berharap
agar kau sadar. Bahwa ada seorang yang selalu meninggikanmu dalam segala hal.
Aku masih di sini. Di tempat yang selalu
kau abaikan. Di balik senyuman yang kutegar – tegarkan. Di balik air mata yang
selalu kusembunyikan. Di pusat titik kejenuhan. Di ujung pangkal kekecewaan. Di
antara puing – puing harapan. Semoga ini bukanlah batas akhir dari penantian.
Karena layaknya sebuah penantian tidak akan pernah berakhir.
Aku masih di sini. Di tempat bermimpi yang
tak berkesudahan. Mencoba berlari tapi tetap bertahan. Mencoba melupakan namun
kutahu tak semudah membalikkan telapak tangan. Ah, semoga ini hanyalah sebuah
mimpi yang panjang. Kini biarkan aku terbangun dan jangan pernah paksa aku
untuk sekedar menoleh tempat yang terasingkan.
– @suparmaaan
Skala rindu:
Ku ukur waktu dan mencari takaran rindu,
namun semuanya hadir sebagai skala.
Satu berbanding
tak terhingga –satu itu adalah kamu dan tak terhingga itu adalah jumlah
rinduku.
Ku tulis namamu pada langit hitam dengan
tinta putih
Agar kau tau jika ada penulis rindu yang
bernama aku
Saat malam mengetuk kalbu mengajakku
bertualang mencari pencipta cinta,
yang merancang skala
rindu dengan letak geografis buram,aku terdiam kusam ,hanya otakku yang
bersenandung namamu mengalir menuju hati ,dan akhirnya bahagiaku
mati saat kenangan berada tepat dihati.
Jangan kau mengira diri ini berlari kabur
dari rindu,
hanya masih bercermin masihkah kupantas
menjemputmu ditempat terasingkan,agar terkesan tanpa paksaan.
Dalam sajak daun :
Kutafsirkan rindu
menjadi sajak daun-ketika daun terjun dari ranting untuk mencium bau bumi
,ternyata angin ikut campur dalam prosesnya.Aku marah sejadinya,angin telah
menjadi orang ketiga yang menyakiti mereka,mengingatkan tentang aku,kamu,dan
rindu menjadi orang ketiga yang menciptakan perih.
Semoga kau tau,bukan aku tak
memperhatikanmu,namun aku hanya tidak tau cara meyodorkan rindu.
Melacur dengan resah:
Ku melacur dengan resah-meniduri setiap
keresahaanku,lalu melucuti helai demi helai keraguan,dan ku nikmati setiap
desahan mengatasnamakan cinta ,yang mencari waktu untuk diungkapkan berbarengan
rindu.
Aku yang melacur resah di malam hari
Dengan suka mengunjungi secara
sembunyi-sembunyi,lalu debar menarik nafas panjang sahut menyahut dengan pilu.
Melacur(MELAkukan CURhat) dengan resah tlah menjadi kebiasaanku.
Aku kelinci:
Andai aku kelinci,
Akan kudengarkan setiap keluhanmu dengan
telingga yang luas ,hingga ku tau semua rahasia hatimu,meski dengan jarak yang
jauh..
Andai aku kelinci,
Akan kulompatkan hatiku ke hatimu ,tanpa
perlu menimbang jarak rindu..
Andai aku kelinci,
Akan kuselimuti khayalmu dengan bulu halus
tebalku,lalu tak kau rasakan lagi mengigilnya kekecewaan dan akhirnya kau bisa
merasakan kelembutanku.
Jangan
tertawakan aku yang ingin menjadi kelinci,karena aku bukan jenaka yang layak
ditertawakan dalam repih-repih kehidupan.sekarang aku tidak pernah lagi
menerka-nerka tujuan rindu, karena rindu bertujuan untuk menaik derajatkan
pertemuan.
Sepi
kini tak lagi sendiri karena tlah ditemani rindu ,dan aku masih menunggu waktu
yang berdiam tanpa langkah dalam serba-serbi kita.
Untukmu @endanada yang disana tempat
terasingkan
#duetpuisi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar