Kamis, 18 Juli 2013

#DuetPuisi @berlarijauh dan @aisyarifi

– @berlarijauh

Sedari tadi aku memutar jam dinding kamar berlawanan arah majunya sebanyak 432 putaran berharap tiba-tiba aku ada pada adegan ketika kau berangkat terlebih dahulu sebelum aku: menuju bandara
Kemarin aku telah mencoba memutar jam dinding itu ke arah yang sama dengan yang kulakukan saat ini, tapi aku masih saja berada di kamar pengap ini
Malam ini hasilnya sama dengan kemarin dan entah kenapa kemarin aku bisa terpikir melakukan hal bodoh ini.
Karena kamulah wahai kamu. Kamu bilang bahwa kenapa aku tidak mengatakan sebuah kata indah yang sakral itu sebelum kamu naik taksi menuju sana.
Aku menyesal. Bibirku kelu seperti biasa. Sebetulnya kata-kata telah kuucapkan melalui malam-malam yang dingin saat tangan kita bersentuhan tidak sengaja. Juga lewat pupilku yang selalu membesar begitu melihat kau tersenyum: tandanya senang melihatmu. Kata-kata itu juga telah kuucapkan lewat nafasku yang berantakan ketika berada di sampingmu. Ah, nantilah kuceritakan banyak tentang hal itu, tentang hari pertama yang begitu menggetarkan.
Besok aku ingin memutar jam lagi, barang kali Tuhan kasihan padaku: dia membawaku ke tempat itu.  Atau setidaknya, Dia membuat kamu percaya ada cinta yang terselip lewat koper yang kau bawa ke bandara waktu itu. Pada tengah malam buta.



– @aisyarifi

: @berlarijauh
Kau, serupa rumah tempat aku pulang membawa gersang didada
Cuma lewat matamu, dan senyumku kembali hidup
Teduh. Selalu
Rindu tak pernah sedetik dua detik saja memeluki temu. Aku dan kamu hanya diam menikmati ditemani doa
Biar kamu tahu,
Aku masih butuh kamu dan beribu waktu yang tak lagi butuh kata tunggu
Dan ….
Lagi-lagi rindu
Senyummu serupa kelambu. Dari sepi yang segera berlalu.

Aku siapa? Bukan apa-apa
Tapi, jika kau tanya rindu itu apa. Berlarilah padaku. Aku: rindu yg kau pertanyakan. Sejauh kau cari jawabannya.


Selasa, 16 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar