– @siputriwidi
Mengapa
menunggu?
Seperti daun
gugur yang menjadi bodoh
Diterpa angin
ke sana kemari
Manalah tahu
akhirnya bagaimana, atau sampai di mana
Mengapa
menunggu?
Katamu hati
tak bisa lari dari ikatnya
Aku tahu,
memang jatuhmu tak terduga
Tapi bukan
hatiku juga yang ingin mengikatmu
Mengapa
menunggu?
Adalah
kata-kata yang menjadi repetisi bibirku untuk bibirmu
Pernah ada
waktu yang memintaku untuk menyediakan kopimu
Kau sendiri
tahu, kopi itu sekarang sudah dingin
Seharusnya
kau sadari bahwa selalu ada keruh
Yang menjadi
penyerta kata cinta
Tak pernah
aku menyuruhmu mengeruhkan hatimu, lebih lagi
Meski demiku
Lalu, mengapa
menunggu?
Segelas kopi
hitam yang dingin itu telah lama menertawakanmu
tengah
gerimis dan angin
Jampang
Kulon, 17 Juli 2013
ditulis
untuk #DuetPuisi bersama @PriaHujan
– @PriaHujan
Aku duduk disini,
Menikmati segelas kopi yang datang
terlambat
Kupesan untuk menemani,
sambil menunggumu.
Aku duduk disini,
Ditemani beberapa lagu yang semakin
asing di telingaku
Menemani diriku,
Sambil menunggumu.
Duduk disini, sendiri
menulis kata yang tak ingin bosan
kueja.
Menemani diriku,
Namamu.
Duduk, ingin beranjak,
Bangku bambu ini sudah kepanasan
mendengar celotehanku sendiri.
Yang sudah bosan menemani,
Menunggumu.
Tapi aku tetap ingin duduk
disini,
bersama lagu dan segelas kopi yang
sudah tinggal ampas.
dan beberapa orang asing yang lalu
lalang
Hanya untuk menunggumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar