– @fika_hamzah
Untuk @penagenic
Hai, dirimu.
Ada kabar baik apa dalam hidupmu?
Pun kabar buruk apa yang menorehkan luka padamu?
Ceritakan padaku semaumu.
Namun izinkan aku beraksara dulu.
Ada kabar baik apa dalam hidupmu?
Pun kabar buruk apa yang menorehkan luka padamu?
Ceritakan padaku semaumu.
Namun izinkan aku beraksara dulu.
Aku teringat...
Kita pernah punya cerita di balik terik, ketika menyusuri setapak rumput penuh duri namun tak terasa perih.
Kita pernah punya cerita di balik jingga, ketika menyaksikan senja di bibir pantai yang rapuh namun selalu teduh.
Kita pun punya cerita di balik malam pekat, ketika di pinggir trotoar bergandengan tangan pun terasa surga.
Kita pernah punya cerita di balik terik, ketika menyusuri setapak rumput penuh duri namun tak terasa perih.
Kita pernah punya cerita di balik jingga, ketika menyaksikan senja di bibir pantai yang rapuh namun selalu teduh.
Kita pun punya cerita di balik malam pekat, ketika di pinggir trotoar bergandengan tangan pun terasa surga.
Asal kamu tahu,
Aku masih punya persediaan detik masa.
Detik masa untuk perjumpaan kita yang tak lagi semu.
Detik masa untuk mengulang lagi semua itu.
Aku masih menunggu...
Aku masih punya persediaan detik masa.
Detik masa untuk perjumpaan kita yang tak lagi semu.
Detik masa untuk mengulang lagi semua itu.
Aku masih menunggu...
Tertanda, @fika_hamzah
Jakarta.
Selasa, pukul 12.21 siang
Selasa, pukul 12.21 siang
– @penagenic
Kelopak
senja mulai terbuka
Kalimat
ini hanya menjadi geming, ketika rindu menjadi penguasa kahar di kepalaku
Menghunus
matamu yang kerling, senyummu yang bening
Bulu mata
yang menyaput cuaca,
Juga kedipan
yang seolah membuka tirai surga
Seluruhnya,
sedang akrab dengan ingatan yang menempuh sejarah di setapak jelita
Tak seperti
puisi yang belum sempat kauberi judul lalu kau hilangkan, Fika
Aku meminjam
paruh angsa untuk melubangi jantungmu yang tembaga
Membaca
debarmuu yang sederhana,
Merapatkan
bibir dan kening yang gelisah
Dibatasi
jarak ratusan purnama
Musim tak
juga membaik, aku semakin kerdil
Lidah kita
beku, melumat getir ludah di lidah masing-masing
Tak ada
lagi waktu untuk aku tidur di semak-semak
Mendamaikan
dada yang tak kunjung diziarahi peluk
Mendengar
hembus yang didongengkan napasmu
Hingga jarak ini tak terasa
asam melukai lambung temu
.
BalasHapusso sweet
AKU PERGI DULU SAYANG MUNGKIN AKU TAKKAN KEMBALI
.