– @poetrazaman
Kepada Puan
aku pernah merasa jemariku kaku
ia menolak menggores tinta
menulis puisi
aku pernah merasa hatiku beku
ia mengelak menggurat cinta
di sudut hati
ia menolak menggores tinta
menulis puisi
aku pernah merasa hatiku beku
ia mengelak menggurat cinta
di sudut hati
namun semua terhempas begitu saja
sementara hadirmu selayak ombak yang tak lelah mendikte karang
memaksanya kalah dalam perang dingin di batas senja
hingga ia pun menyerah dalam debur bena yang menatap nyalang
sementara hadirmu selayak ombak yang tak lelah mendikte karang
memaksanya kalah dalam perang dingin di batas senja
hingga ia pun menyerah dalam debur bena yang menatap nyalang
kini, aku rasakan jemariku begitu
lincah
menggores tinta cinta
menulis puisi di sudut hati yang telah kau jajah
dengan sukacita
menggores tinta cinta
menulis puisi di sudut hati yang telah kau jajah
dengan sukacita
________________________
Puisi ini diikutsertakan dalam event #DuetPuisi bersama Wulan
Martina
– @wulanparker
Selamat malam, Tuan
Apa kabar senyummu yang teduh itu?
Apa kabar senyummu yang teduh itu?
Senyum yang selalu menghuni setiap sudut ingatanku sekarang
Senyum yang kenangnya tak pernah henti berputar-putar di kepala
Senyum yang kenangnya tak pernah henti berputar-putar di kepala
Taukah kau?
Hanya suara milikmu yang sanggup membungkam rindu-rindu yang terus berteriak
Hanya suara milikmu yang boleh mengalun syahdu di telinga hingga keluh luluh lantak
Hanya suara milikmu yang sanggup membungkam rindu-rindu yang terus berteriak
Hanya suara milikmu yang boleh mengalun syahdu di telinga hingga keluh luluh lantak
Aku hanya berani menyimpan, Tuan
Atas rasa yang entah apa juga kau pedulikan
Atas rasa yang entah apa juga kau pedulikan
Ditulis untuk #DuetPuisi bersama @poetrazaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar